Detail Article

Gagal Ginjal, Bukan Akhir Segalanya

 08/08/2015 | Referensi: Hr. Republika, 27/6/04,hal.16-Ed.Red

Banyak hal yang perlu diperhatikan sebelum seorang penderita gagal ginjal melakukan cangkok ginjal. Apa sajakah itu?

Ginjal adalah salah satu organ penting dalam tubuh. Kita memiliki sepasang ginjal. Bentuknya seperti biji kacang, berukuran 11 x 6 x 3 cm dan melekat pada dinding belakang rongga perut. Pada orang dewasa, berat ginjal adalah antara 120-170 gram. Walau ukurannya kecil, namun ginjal memiliki fungsi yang sangat penting. Karena itu sudah seharusnya kita berusaha untuk menjaga kesehatan organ yang satu ini. Sayangnya, tak banyak orang yang menyadari pentingnya menjaga kesehatan ginjal. Sebaliknya dalam kehidupan sehari-hari, perhatian kita lebih banyak tercurah kepada hal-hal yang lain, misalnya pekerjaan, urusan keluarga, atau harta benda yang kita miliki. Kita yang memiliki mobil misalnya, sering memeriksa kondisi radiator, atau air aki. Mungkin setiap minggu, atau setiap pagi. Sebaliknya, berapa kali dalam setahun kita memeriksakan fungsi ginjal di laboratorium? Mungkin sekali dalam 5 tahun, bahkan belum pernah. Padahal ginjal bekerja sepanjang hari selama kita hidup, sedangkan mobil tentu tidak digunakan sepanjang hari. Fakta ini rasanya perlu kita renungkan, apalagi jika mengingat fungsi ginjal yang demikian penting. Fungsi utama ginjal adalah menyaring dan membersihkan darah, membuang zat-zat yang tidak berguna dan menyerap kembali zat-zat dan air yang masih bermanfaat bagi tubuh. Adapun fungsi ginjal yang lain adalah : mengatur tekanan darah, memelihara kesehatan tulang, dan berperan pada proses mematangkan sel darah merah. Menyimak aneka fungsi ginjal ini, maka bisa disimpulkan bahwa jika terjadi penyakit atau gangguan pada ginjal maka hal itu akan berpengaruh pada berbagai sistem tubuh yang lain.

Gagal Ginjal
Penyakit ginjal sangat beragam. Ada yang merupakan penyakit primer pada ginjal, namun ada juga yang merupakan bagian dari penyakit lain (sekunder). Penyakit ginjal primer bisa berupa : peradangan ginjal, infeksi ginjal, penyakit ginjal obstruktif (akibat sumbatan, misalnya oleh batu), tumor ginjal, keracunan obat-obatan, dan penyakit ginjal bawaan. Selain itu penyakit ginjal juga bisa merupakan akibat dari suatu penyakit lain misalnya diabetes millitus (kencing manis), asam urat, kadar gula dalam darah yang terlalu tinggi, penyakit autoimun, misalnya lupus, hipertensi (tekanan darah tinggi), infeksi di tempat lain (malaria, atau tuberkulosis), dan lain-lain.

Semua penyakit ginjal tersebut bila tak diobati atau ditangani secara memadai bisa mengakibatkan penurunan fungsi ginjal, dan pada akhirnya mengarah pada terjadinya gagal ginjal. Nah, yang disebut terakhir ini, sangat ditakuti banyak orang. Begitu menakutkannya, mungkin ada yang mengibaratkannya sebagai lonceng kematian. Padahal sejatinya tidak demikian. Penderita gagal ginjal bisa ditolong dengan cuci darah. Dan bila ingin lepas dari ketergantungan pada cuci darah, cangkok (transplantasi) ginjal -walau biayanya mahal- bisa menjadi pilihan. Bahkan beberapa rumah sakit di Indonesia pun sudah bisa melakukan operasi pencakokan ginjal ini. Menurut dokter Herman Yuliantama, kepala unit hemodialisis pada Nusantara Stroke & Medical Centre, Jakarta, gagal ginjal adalah penurunan semua fungsi ginjal secara bertahap, diikuti penimbunan sisa metabolisme protein dan gangguan keseimbangan cairan serta elektrolit. Sekitar 40 % kasus gagal ginjal, kata Herman, diakibatkan oleh penyakit diabetes (kencing manis). Sementara tekanan darah tinggi bertanggung jawab atas 25% kasus gagal ginjal. Penyebab lain adalah penyakit genetik seperti kelainan kekebalan atau cacat lahir, juga penyalahgunaan (pemakaian) obat tanpa resep dokter. 
Untuk donor, bisa berupa donor hidup yang berasal dari keluarga seperti orang tua, saudara kandung, paman, bibi, saudara sepupu, atau lainnya. Di samping donor hidup, ginjal juga bisa berasal dari donor jenazah.

Sebelum memutuskan untuk melakukan transplantasi ginjal, seorang penderita gagal ginjal biasanya mendapat pertolongan berupa cuci darah. Cuci darah ini harus dilakukan secara rutin minimal dua kali dalam seminggu. Sekali cuci darah, biasanya menghabiskan dana 660 ribu rupiah. Bisa dibayangkan berapa banyak uang yang dihabiskan untuk melakukan cuci darah dalam seminggu, atau selulan, bahkan setahun, tutur dokter Indrawati Sukadis, koordinator transplantasi pada Instlasi Penyakit Dalam- Ginjal- Hipertensi (PDGH) RS PGI Cikini, Jakarta.

Dibanding cuci darah, transplantasi ginjal merupakan cara ideal untuk mengatasi gagal ginjal. Transplantasi merupakan pilihan yang menguntungkan dari sisi ekonomi dan keseha-tan pasien, karena biayanya lebih murah ketimbang cuci darah yang harus dilakukan seumur hidup, kata Indra. Selain itu, ginjal yang dicangkokan dapat mengambil alih seluruh (100%) fungsi ginjal.. Bandingkan dengan cuci darah yang hanya mengambil 70-80 % fungsi ginjal alamiah. Memang ada ancaman komplikasi setelah transplantasi dilakukan. Tapi sekarang, hal itu bisa diatasi dengan obat-obatan imunosupresif untuk mencegah reaksi penolakan. Bila proses ini berhasil, penerita bisa beraktivitas kembali secara normal.

Lebih jauh Indra menjelaskan, transplantasi ginjal merupakan serangkaian tindakan yang diawali dengan mempersiapkan calon resipien (penerima) dan calon donor, diikuti tindakan bedah untuk memindahkan ginjal donor ke tubuh resipien. Kemudian dilanjutkan dengan pemberian obat anti penolakan terhadap ginjal cangkok. Calon resipien adalah penderita gagal ginjal dengan fungsi yang turun di bawah 10%. Sedangkan calon donor adalah semua orang yang sehat dan ikhlas untuk memberikan satu ginjalnya kepada resipien.

Persyaratan transplantasi 
Sebelum menjalani proses transplantasi, ada beberapa persyaratan yang perlu dipenuhi oleh calon pasien. Syarat-syarat itu adalah :

  • Pasien tidak mengidap penyakit jantung koroner, stroke, atau kelainan pembuluh darah
  • Pasien tidak mengidap penyakit ganas, seperti kanker
  • Pasien tidak menderita penyakit lever aktif, serta penyakit infeksi hepatitis B,C, HIV/AIDS, dan tuberkulosis paru. Seandainya, pasien menderita penyakit-penyakit seperti di atas, maka ia perlu mendapat perawatan terlebih dahulu.

Tidak hanya terhadap calon pasien, persyaratan juga diberlakukan terhadap calon donor. Beberapa persyaratan yang harus dipenuhi oleh donor adalah :

  • Umur 21-65 tahun
  • Tidak mengidap hipertensi, penyakit diabetes, kanker, penyakit jantung, atau penyakit autoimun.
  • Tidak menderita hepatitis B,C, ataupun HIV.
  • Fungsi ginjal donor normal.
  • Keserasian golongan darah dengan calon resipien. Hal ini sangat penting untuk kesuksesan transplantasi.
  • Reaksi silang (crossmatch) negatif.

Di Indonesia, khususnya di RS PGI Cikini, operasi transplantasi ginjal sudah dilakukan sejak tahun 1977. Setidaknya sudah 264 kali operasi transplantasi dilakukan di rumah sakit ini. Selain RS PGI Cikini, masih ada delapan rumah sakit lain di Indonesia yang mampu melakukan trasplantasi ginjal, antara lain RS Cipto Mangunkusumo (RSCM), RS Gatot Subroto, RS Hasan Sadikin Bandung, RS Advent Bandung dan RS Dr Sardjito Yogyakarta. Operasi transplantasi memerlu-kan biaya yang relatif besar, yaitu sekitar Rp.75 juta sampai Rp.120 juta, tergantung kelasnya.

Perawatan pasca transplantasi
Demi keberhasilan transplantasi ginjal, pasien tetap harus memperhatikan sejumlah hal setelah menjalani operasi transplantasi. Apa sajakah yang harus diperhatikan? Simak yang berikut :

  • Beberapa hari setelah operasi, pasien harus kontrol secara lengkap seperti : tes darah lengkap, fungsi ginjal, fungsi lever, kadar gula darah, kadar obat imunosupresif dalam darah, USG abdomen, dan lain-lain yang dianggap perlu oleh tim dokter.
  • Rutin kontrol seminggu sekali selama dua bulan pertama.
  • Rutin kontrol dua minggu sekali pada bulan kedua sampai bulan keenam.
  • Rutin kontrol sebulan sekali pada bulan keenam sampai bulan kedua belas.
  • Perhatikan asupan cairan melalui minuman, baik air putih maupun minuman lainnya. Perhatikan pula makanan yang banyak mengandung air seperti sup, kuah atau makanan yang merangsang untuk minum banyak (makanan yang asin/berbumbu).Perlu dicatat, asupan cairan yang berlebihan berbahaya bagi jantung dan paru-paru.
  • Kurangi pemakaian garam dalam makanan, karena garam akan menghambat pengeluaran cairan dari tubuh.
  • Dalam mengkonsumsi obat, lakukanlah dengan bantuan makanan, bukan minuman. Ini untuk mengurangi asupan cairan berlebihan ke dalam tubuh.

(disarikan dari Hr. Republika, 27/6/04,hal.16-Ed.Red.”BP”)


Sumber: Hr. Republika, 27/6/04,hal.16-Ed.Red
Oleh: Owner Application
Artikel Lain
26/07/2023 | Administrator

17/02/2021 | Administrator

27/08/2019 | Farah Yuliani

04/11/2018 | Administrator

24/10/2018 | Administrator

03/09/2018 | Administrator

02/07/2018 | Administrator

11/04/2018 | Administrator

11/04/2018 | Administrator

24/01/2018 | Ulfah

11/01/2018 | Ulfah

11/01/2018 | Ulfah

06/12/2017 | Ulfah

23/09/2017 | Ulfah

18/09/2017 | Ulfah

14/09/2017 | Ulfah

08/09/2017 | Ulfah

08/06/2016 | Ulfah

26/04/2016 | Ulfah

20/04/2016 | Ulfah

29/03/2016 | Ulfah

24/11/2015 | Farah Yuliani

12/11/2015 | Farah Yuliani

12/11/2015 | Farah Yuliani

08/08/2015 | Owner Application

08/08/2015 | Owner Application

08/08/2015 | Owner Application

08/08/2015 | Owner Application

08/08/2015 | Owner Application

01/07/2015 | Owner Application

01/07/2015 | Owner Application

29/06/2015 | Owner Application